Senin, 04 Januari 2010

untuk sayap2 cinta yang masih beterbangan dihembus penantian.

Selamat sore kapas putih di ambang mega, apa kabarmu hari ini?
selama dua musim berlalu, hingga musim itu terulang lagi - dan terulang lagi, aku tak pernah melihat sahabatmu. sahabat yang dulu beterbangan sejajar sayap rajawali yang memberontak melawan perapian langit. sayap yang dulu selalu dibuai hembusan angin lembut.
Adakah ia lari ? Adakah ia bers
embunyi? Atau adakah ia disapu badai dan ditenggelamkan riak pantai?
Dua musim berlalu, setelah hujan memalingkan matahari dari singgasananya dan
kemarau mengusir air dari pembaringannya. Aku masih terus menunggu kedatangan sahabatmu. Aku masih menengadahkan kepalaku ke mega - mega. Aku masih terus bertanya pada rerumputan yang dibelai angin. Aku tahu mereka menjawab, dalam bisikan yang sayangnya takkan pernah dapat kudengar. Dengan mata yang tetap menatap, aku tahu sebelah mata dalam pemompa darahku mengalirkan embun kesedihan.
Dua musim berlalu, dan aku tahu masih akan tetap berlalu walaupun aku hidup ataupun mati. Aku berdiri menutur di helaan sebuah dermaga. dengan mata yang kini tertutup, aku meletakkan sebuah surat di pangkuanNya. surat berisi sebuah doa. aku bukanlah i
nsanNya yang mati. aku tetap tersadar dengan mata yang terpejam. aku tersadar dalam DOAku.
Dua musim masih terus berlalu, menginjak - injak hamparan sejarah. Aku tersenyum dalam doaku. Aku mendengar Ia menyebut namamu.
'Sayap itu bukan untuk kautunggu. Tapi untuk kautemukan. Kejarlah ia sampai kaki pelangi'
Aku membuka mata, dengan kornea yang kembali menatap aku berlari menyeberangi lazuardi menuju kaki pelangi.

- Selamat datang, Sayap CintaNya -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar