Tampilkan postingan dengan label architecture. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label architecture. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Juli 2013

architecTour - media dan jalanan

Gue tipe orang yang sangaaaaatttt suka jalan. Hem, ralat. Perjalanannya maksud gue.

" It is better to travel well than to arrive " - Buddha

Tapi gue gapernah mengkalim diri sebagai seorang traveller secara gue juga belom ke banyak tempat. Cuma pulau Jawa, Bali, Sulawesi ga sepenuhnya, apalagi pulau" terpencil favorit bokap kayak Miangas. Dan apalagi luar negeri. Pernah ke Singapura doang bisa sih dibilang traveller. Tapi sepertinya bukan adventurer. Tergantung persepsi sih.
Jadi ya ini gue, status gue penggemar perjalanan. Sederhana kan? Jalan - jalan ke tempat yang belom pernah dikunjungi dan menemukan kondisi yang beda dengan tempat kita sehari - hari itu menyenangkan loh (bagi gue). Bahkan kalo ga in a rush, macet itu menyenangkan. Bisa liat banyak orang dan aktivitas sepanjang jalan secara jelas.

Hubungannya sama arsitektur dan kuliah gue?wohooo..banyak sih.hahaha
Kan pernah di post post sebelumnya gue berstatement kalo arsitektur itu mempelajari banyak hal. Jadi jelas disini ketika kita banyak jalan - jalan, kita jadi aware dan peka sama keadaan sosial, keadaan alam juga. Intinya lingkungan. Jalan - jalan ke mall dan menjumpai kaum sosialita, dan jalan - jalan ke pasar menjumpai kumpulan penjual akan membuat otak berputar, arsitektur seperti apa yang 'bisa bekerja' ditengah kawanan ini.

"Arsitektur itu tidak akan memecahkan masalah. Arsitekturlah yang menciptakan masalah" - Pitupong Chaowakul ( Arsitek Thailand dalam presentasi di JAT tentang firmanya, Supermachine, di Universitas Tarumanagara)

Agak ga paham sih. hem. Tapi kurang lebih sih yang gue tangkep kalo arsitektur yang udah ada itu menciptakan masalah dan pola hidup baru, seperti kaum sosialita tadi. Gimana bisa bikin arsitektur yang bisa fleksibel dan memungkinkan untuk nge-drive usernya memperbaiki kualitas hidup mereka, jujur aja itu tantangan megabesar. Ga tau ada arsitek yang sudah berhasil atau belum, kalau ada merekalah arsitek - arsitek hebat dalam pandangan gue. Untuk tahu bagaimana caranya berarsitektur seperti itu, kita butuh banget benar - benar terjun ke dunianya. Jalan - jalan dan mengamati, itu penting! Diimbangi dengan baca buku dan referensi. Data primer dan data sekunder sama - sama penting, dan tuntutannya adalah menggabungkan kedua data itu menjadi produk ruang. Selamat jalan - jalan, selamat membaca!

Senin, 01 Juli 2013

Jeprat - Jepret

I mean, who can resist capturing the moments, either humans or nature, when you're living in such a paradise?

Akhir - akhir ini gue lagi tergila - gila motoin segala sesuatu yang menurut gue menarik. Sebenernya sejak kecil sih, sedari jaman kamera masih harus pake film roll, trus kalo blm abis trs dibuka angus deh gambarnya bahahaha cuma bedanya dulu gue suka aja jepret2. Gatau itu indah apa ga pokonya jepret hahaha belakangan gue baru tau dari taun 60an eyang kakung gue juga demen moto pake slr analog, sampe punya ruang gelap buat cetak foto dirumah. Ya buah jatuh agak jauh dari pohon sih, secara emak gue biasa aja sama poto2an.
terkadang suka envy. Secara gue kuliah di jurusan arsitektur yang (mungkin ga terduga sm banyak orang) di dalemnya ada kelas fotografi. Dengan dosen yang ngomongnya pedes, ya wajar doi arsitek sekaligus fotografer profesional yang gelarnya udah lebih panjang dari namanya. Bocah - bocah di tempat gue, jujur aja, sebagian besar punya uang atau punya orangtua yang punya banyak uang buat beliin gear yang keren - keren. Beberapa gear nya biasa aja, tapi emang mereka udah terlatih dan memang bakat kali ya. Gue sendiri ga punya gear, dan berharap cepet dapet kerja biar bisa beli kamera :')
gue tetep seneng fotofoto tapinya. Pake hape kek, camdig kek. Soalnya yang menarik bagi gue nomer satu sih keisengan nyoba2 angle foto dan kejelian ngeliat scene bermakna yang bisa dijepret. Dan gue menemukan kalo ngambil matakuliah fotografi arsitektur itu sangat membantu gue. Yang paling ngena adalah, sense buat cahaya dan bayangan. Selanjutnya, tentang komposisi baik bentuk maupun perbandingan ukuran. Dan secara ga langsung gue jadi peka sama banyak hal, dari fenomena sosial, keindahan, detail, dll. Ciyus. Karena di fotografi arsitektur ga melulu jepret bangunan, jarang malah. Foto favorit gue masih bocah yang sujud di istiqlal sih, sama foto ban motor #penting. Mauliat ga?instagram gue : pradiptadippy. Haduh kenapa gue ngiklan baris disini.lanjut.
jiper karena temen udah lebih pro, jiper karena gapunya gear, udah sering gue rasain. Trus kemaren gue liat di instagram foto temen gue, instagramnya : adriantjahjono sama reynaldododo. Doi bedua gokil banget skrg mungkin karena mereka bukan cuma punya gear yang asik tapi gue tau mereka belajar banyak :') trus gue ngobrol sm adrian. Kata dia gausah peduli gear kenapa mesti jiper. Latihan sm yang ada dulu. Hiks. Bener ya. Ngapain iri. Gue jadi semangat, meskipun bermodal hp gue bs belajar angle, komposisi, sama makna foto. itu juga yang dibilang senior gue, dia lebih gokil sih. Liat aja instagramnya : dsoedjito.
intinya belajar foto itu cuma satu : menghargai keindahan yang sudah ada (meskipun kadang diperhatikannya) dengan cara mengabadikannya. Definisi indah banyak sih, dan sejeli apa kita melihat 'keindahan' itu adalah tolak ukur seorang fotografer yang sebenarnya. Happy capturing! :)

Minggu, 30 Juni 2013

Detail yang Terlupakan

Setelah kemarin gue nulis tulisan bertema arsitektur menurut pandangan gue yang masih newbie banget, sekarang gue akan menulis pandangan newbie gue lagi. Kali ini tentang detail.
Kalo menurut gue ya (menurut gue aja nih) 'detail arsitektonis' yang selama ini selalu disertakan dalam syarat kelengkapan tugas Studio Perancangan Arsitektur (we call it 'stupa') memang penting sih. Actually the way you impress your building users can be based on your way creating details. Bener kan? Seperti misalnya ornamen, atau ada sudut kecil di bangunan yang beda, mungkin dari teknik lighting, ornamentasi, bahan, customized furniture, atau apapun yang pernah terlintas di benak seorang desainer arsitektur.
Tapi gue lebih setuju lagi dengan detail yang berbasis 'feeling'. Apa bedanya sama yang tadi? Yang tadi itu berbasis visual, sangat arsitektur. Yang mau gue bahas adakah 'feeling' yang diletakkan oleh seorang arsitek, detail yang tidak menyerang dan mengimpresi visual users tapi dari sense yang lain yang mungkin secara visual tidak menarik. Buat disertakan dalam tugas? Mungkin penyampainnya bakal terasa nonsense karena lewat gambar saja kita tidak bisa mencium aroma atau mendengarkan suara. Tapi pada prakteknya, bisa berhasil. Dengan strategi yang pas tentunya.
Ngomong apa sih gue? Oke. Ini contohnya.
Gue punya tempat nongkrong favorit (apalagi kalo sendiri.hiks) karena tempat itu cool banget tapi entah kenapa sepi. Mungkin karena 'basis'nya perpustakaan ya. Nama tempatnya Freedom Institute (@freedominst atau @freedom_library ), letaknya di Wisma Proklamasi no.4, Cikini, Jakarta Pusat. Bisa googling sendiri ya gambarnya :p Basically biasa aja. Perpus kecil dengan gaya modern yang di mixed use sama kantor kecil 3 lantai di atasnya. Ohya ada cafe nya juga dengan gaya kompeni dan friday jazz tiap jumat di akhir bulan. Tapi yang bikin gue betah adalah taman yang ada pendopo dan kursi yang bisa goyang depan - belakang. Penting ga? Kedengerannya ga penting sih. Tapi coba kesana. Duduk di pendopo taman sambil melakukan hal yang lo suka. Tidur2an juga legal kok di taman ini. Rasain kalo arsitektur juga bukan cuma tentang bangunan. Rasain pesona arsitektur dalam detail ruang terbuka dan perasaan, actually arsitektur adalah kolaborasi antara seni dan teknologi, yang nikmatinnya pake perasaan. Ga heran kan lo mahasiswa arsitek jago ngegalau? Nah ini!
Kalo lo jeli, temukan satu keistimewaan berarsitektur di tempat inim Wind chimes! Penting? Bisa jadiiii! Wind chimes yang besar2 dan karena beda2 ukuran suaranya jadi beda ini akan ngebawa lo ke dalam feel yang benar benar beda. Bisa bikin berkhayal malah. Serius. Either pas lo di taman ato pas lo baru dateng. Karena wind chimes ini digantungin sepanjang selasar samping. Di batas enterance ruangan dan taman berkhayal itu.
Meskipun gue akuin secara visual detailnya oke dengan quotes2 yang ditulis gede2 di dinding dalem, furniturnya,lampunya, dan lukisan2 orang penting negara, tapi detail non visual ini juga penting dan sayangnya sepertinya sering kita lupakan. Padahal arsitektur itu bukan sekedar keindahan untuk dipandang, tapi juga kedamaian dan keramahan buat dirasa.